Tanaman Jambu mete (Anacardium occidentale.L) termasuk genus
Anacardium, anggota dari Famili
Anacardinaceae, yang mempunyai variasi
genus sekitar 60 dan variasi spesies hingga 400 spesies, dari berbagai spesies
tersebut dapat digolongkan menjadi dua
kelompok spesies besar yaitu Giganteum yang berpostur raksasa (Valerino,1992)
Dengan adanya proses
adaptasi dan persilangan diantara spesies membentuk ciri khusus pada warna dan
bentuk buah semu yang digolongkan menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok tanaman
dengan ciri warna buah semu kuning atau merah dan bentuk buah yang membulat
atau memanjang, sedangkan ciri lain adalah cita rasa kacang mete merupakan ciri
yang khas menurut asal daerah yang meliputi perpaduan kerenyahan, warana, aroma
dan rasa.
Tanaman Jambu mete
selalu tumbuh subur sepanjang tahun (evergreen). Pada golongan Giganteum dapat
menjadi pohon dengan ketinggian mencapai 15 meter.
Sebagai tanaman yang
dikembangkan dilahan kawasan pantai, pada tanah marginal atau tanah yang kurang
subur, tanaman ini mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan dengan tanaman keras
atau tanaman tahunan lainnya yang meliputi:
Ø
Mudah
beradaptasi pada berbagai kondisi iklim
Ø
Mampu
tumbuh pada tanah yang mengandung garam
Ø
Tidak
menuntut pemeliharaan secara khusus
Ø
Biji
dan buah semu dapat diolah menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan
berprospek pasar yang baik.
Ø
Jambu
mete telah dikenal secara luas oleh kalangan
masyarakat Indonesia mulai dari teknik penanaman, pemeliharaan hingga
panen dan pasca panennya.
ADAPTASI IKLIM
Terperatur.
Tanaman jambu mete masih
dapat tumbuh baik pada temperatur antara
70 – 400 Celcius, optimal pada suhu bulanan sekitar 270
Celcius dengan rata-rata harian berkisar anatara 250 C – 350
C. Pada daerah produsen jambu mete perbedaan suhu malam hari yang dingin
sampai 15 0 Celcius dan
siang hari yang panas hingga mencapai 350 Celcius pada musim kering, tanaman jambu mete justeru tumbuh
dengan baik. Situasi temperatur ini hampir banyak dimiliki oleh keadaan daerah pantai pada
umumnya.
Kelembaban.
Dari berbagai peneliti
menyatakan bahawa, tanaman jambu mete hampir tidak terepengaruh oleh kelembaban
nisbi yang berubah-ubah, sepanjang keadan air dalam tubuh tanaman cukup
tersedia diantara butiran tanah. Tanaman ini masih mampu bertahan hingga
kelembaba nisbi mencapai 10 %.
Curah
Hujan
Banyak pendapat
mengatakan bahwa tanaman jambu mete dapat tumbuh pada kisaran curah hujan antara 500 – 4.000 mm per tahun,
hal tersebut ternyata bukan merupakan batasan yang penting. Sampai dengan saat
ini belum ada data yang menunjukkan
kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman jambu mete.
Berbagai literature menunjukkan bahwa tanaman jambu
mete sangat tahan terhadap kekeringan,
sepanjang akarnya berada dalam lapisan tanah yang cukup dalam, karena
akar tanaman jambu mete dapat menyerap air tanah yang tidak tersedia bagi tanaman
lain . Curah hujan 1.000 - 2.000 mm per tahun dengan bulan kering 4-6 bulan ,
tanaman jambu mete ini masih dapat berkembang dengan baik.
Tanah.
Kemapuan adaptasi
tanaman jambu mete pada berbagai jenis dan keadaan tanah belum tertandingi oleh
tanaman keras atau tanaman tahunan lainnya. Pada tanah berkerikil dan berbatu
sepanjang penetrasi akar dapat masuk lebih dalam, tanaman jambu mete ini masih
dapat tumbuh dengan baik. Kondisi tanah
dengan lapisan subsoil yang kompak kedalamannya kurang dari 1 meter, tanaman
akan tumbuh dengan postur pendek dan dapat menghasilkan glondong mete sekitar
120 kg/ Ha.
Dibeberapa tempat,
tanaman jambu mete yang tumbuh sangat dekat dengan garis batas pantai dan
ternyata masih dapat mentolerir kadar garam sekitar 3-3.5 ppm ( part per
million), apabila kadar garam melebihi batas, tanaman jambu mete akan menjadi
kerdil ( Rocchetti,1970).
Pemeliharaan.
Perawatan
dan pemeliharaan tanaman jambu mete tidak banyak menuntut cara-cara yang
khusus, melainkan dapat ditanam bersama –sama dengan tanaman lain. Baik dilahan
maupun dipematang-pematang. Benih tanaman jambu mete dapat menggunakan benih
unggul lokal setempat, karena mempunyai kemampuan adaptasi dengan lingkungan
yang lebih cepat dibandingkan dengan benih dari daerah lain.
Penanaman benih secara
langsung dilapangan disinyaliur lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan dan
tumbuh lebih kuat serta dapat bertahan lebih baik daripada tanaman tahunan
lainnya pada saat musim kemarau.
Pembentukan
kerangka tanaman diperlukan pada saat tanaman jambu mete masih relatif
muda yaitu pada umur tanaman kurang lebih 2 tahun.
Pemupukan tidak harus menggunakan pupuk an organik, bahkan pada tanaman
dewasa kemampuan menyerap unsur hara lebih tinggi dengan jangkauan yang lebih
luas.
Pengendalian
hama dan penyakit umumnya relatif lebih ringan, dan yang perlu diwaspadai
adalah adanya serangan hama helopeltis, yaitu pengendaliannya dapat dilakukan
dengan cara mengembangkan musuh alami
berupa semut merah atau langrang. Dugaan tanaman jambu mete mengeluarkan zat
semacam alellopati yaitu zat yang
dapat meracuni tanaman lain disekitarnya ternyata tidak benar, diversifikasi
tumpang sari dengan tanaman jagung pada tanaman jambu mete umur 3-4 tahun dapat
menghasilkan jagung wose + 4
ton/hektar(Dirjenbun,1993)
Hasil
dan Nilai Ekonomis
·
Hasil
utama dari tanaman jambu mete adalah biji mete yang sangat digemari oleh
kalangan masyarakat, baik orang tua maupun anak muda, baik secara langsung
maupun sebagai campuran makanan, sehingga merupakan produk exotic yang bernilai
tinggi dengan pangsa pasar yang terus meningkat.
·
Kulit
biji jambu mete (Shell)) mengandung minyak Cessshew
nut shellliquid (CNSL) merupakan bahan penting untuk pembuatan minyak
pelumas, bahan cat, bahan perekat, bahan pengawet kayu dan bambu serta bahan pestisida. Sisa padatan sangat baik untuk bahan papan (Hardboard) yang kedap suara.
·
Kulit
ari cukup mengandung gizi yang potensial untuk campuran pakan ternak
·
Buah
semu banyak mengandung vitamin sangat potensial untuk bahan minuman (wine) atau
sari buah. Sedangkan bahan padatannya
dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak.
Dengan memperhatikan
potensi produk yang dihasilkan oleh tanaman jambu mete, prospek medatang
apabila diusahakan secara komersial dapat memunculkan bermacam-macam industri
seperti;
Ø
Industri
cairan CNSL
Ø
Industri
makanan ringan
Ø
Industri
makanan dan minuman kaleng
Ø
Industri
pakan ternak
Memperhatikan aspek
teknik budidaya, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, tanaman jambu mete (Anacardium
accidentale.L) merupakan alternative untuk pengembangan sektor perkebunan
pada daerah pantai dan lahan marginal.
Selanjutnya penulis
berharap semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan
tanaman perkebunan sebagai penghijauan
pada lahan kritis (marginal) atau lahan
pantai yang sekarang ini masih belum dimanfaatkan dan kategori lahan tidur.(M. Syah)
0 comments:
Post a Comment