Embung adalah merupakan tendon air atau waduk berukuran kecil pada
lokasi pertanian yang bertujuan untuki menampung kelebihan air hujan dimusim penghujan dan pemanfaatannya pada musim
kemarau untuk berbagai keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan masyarakat banyak
Teknik pembuatan embung
meliputi penentuan tekstur tanah, kemiringan lahan, bentuk, ukuran
penggalian tanah, kelapisan tanah,
kelapisan plastik, penembokan dan pelapisan kapur.
Pembentukan embung pada dasaranya adalah untuk mengairi lahan
pertanian terutama pada musim kemarau, manfaat lain dari embung adalah dibidang
perikanan yang bisa dijadikan untuk
kolam pemeliharaan ikan dan sebagai persediaan
minuman ternak maupun untuk keperluan rumah tangga.
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat dua wilayah agraris yang sangat menonjol,
yaitu daerah pertanian dengan ketersediaan air irigasi yang cukup melimpah dan
daerah pertanian yang hanya mengharapkan
air hujan dari langit yang disebut sawah
tadah hujan.
Dengan pesatnya pembangunan diberbagai sektor maka memberikan
konsekwensi bahwa lahan irigasi semakin lama semakin berkurang
dan bahkan banyak berubah fungsi menjadi kawasan industri dan pemukiman. Lahapertanian
semacam ini adalah merupakan lahan potensial untuk pertanian yang dapat
menghasilkan pangan untuk kehidupan manusia.
Untuk itu guna mengganti lahan tersebut maka diperlukan adanya
penambahan lahan pertanian baru, pada
umumnya untuk lahanpertanian yang baru yang bisa mengganti keadaan seperti ini dalah
lahan sawah tadah hujan.
Lahan tadah hujan sebenarnya potensial untuk menghasilkan padi,
akan tetapi kendalanya adalah adanya factor pembatas yang berupa air, dimana
pada musim kemarau petani sangat kesulitan air karena cadangan air terlalu
minim, sehingga menyebabkan rendahnya produksi pertanian dan bahkan kadang kala tidak menghasilkan sama sekali
karena kekeringan.
Untuk mengatasi hal tersebut
yaitu dengan membangun jaringan
irigasi pada lahan tadah hujan memerlukan biaya yang sangat besar, karena itu
perlu diatasi dengan teknologi yang
lebih murah dan terjangkau yaitu dengan Teknologi pembuatan Embung
II. PENGERTIAN EMBUNG
Kata embung menurut
beberapa orang berasal dari bahasa Nusa Tenggara Timur
yang secara keseluruhan dapat
diartikan suatu tandon air atau waduk kecil
dilahan pertanian yang bertujuan untuk menampung kelebihan air hujan dan menggunakannya pada saat musim kemarau untuk berbagai keperluan
baik dibidang pertanian maupun rumah tangga.
III. TEKNIK PEMBUATAN EMBUNG.
Teknik pembuatan embung
sebenarnya boleh dikatakan sangat
sederhana, hanya ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
A. Penentuan
Lokasi
1. Tekstur Tanah.
·
Embung sebaiknya dibuat dilahan dengan tanah bertekstur liat, lempung, liat berlempung dan lempung
liat berdebu, agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi.
·
Pada tanah berpasir yang poreus tidak dianjurkan untuk pembuatan
embung karena air akan cepatmeresap
kedalam tanah dan hilang, dan apabila terpaksa dianjurkan untuk dibuat maka
dianjurkan untuk memakai, plastic atau ditembok lapisan luarnya sehingga air
tidak merembes.
2.
Kemiringan lahan.
·
Embung sebaiknya dibuat
pada areal pertanian yang bergelombang dengan kemiringan antara 20- 30 persen agar lapisan air permukaan
dapat dengan mudah mengalir kedalam embung dan
selanjutnya air embung mudah untuk disalurkan kepetak-petak pertanian,
karena adanya perbedaan ketinggian
antara embung dengan petak pertanian.
·
Areal pertanian yang datar kurang cocok untuk dibuat embung ,
karena sulit untuk mengalirkan air dari embung kepetak pertanian.
·
Pada lahan yang terlalu miring
kurang lebih 30 persen embung akan cepat penuh dengan endapan tanah
karena pengaruh erosi
B. Kontrusksi
embung
1. Bentuk
Embung.
·
Bentuk embung sebaiknya bujur sangkar atau mendekati bujur
sangkar hal ini agar diperoleh keliling
yang paling pendek. Tujuannya agar resapan air melalui tanggul lebih sedikit.
2. Ukuran
embung.
·
Embung bisa dibuat
berdasarkan perorangan maupun kelompok, hal ini tergantung dari pada keperluan dan luas pertanian yang
akan di airi
3. Penggalian
Tanah.
·
Penggalian tanah dapat dimulai dari batas pinggir embung menuju ke bagian tengah.
·
Kedalam galian diusahakan mencapai 2-3 meterhal ini untuk
memperoleh kapasitas embung
·
Keliling embung dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah hal ini untuk menghindari masuknya kotoran kedalam embung
·
Jarak saluran pembuangan dari permukaan tanggul berkisar antara 25-50 cm dan dibuat
sedemikian rupa sehingga air embung tidak meluap.
4. Pelapisan
tanah.
·
Untuk menjaga agar embung tidak bocor maka perlu dilakukan
pelapisan tanah terutama pada bagian
dinding embung. Pelapisan dinding ini
dilakukan dengan cara; Tanah liat dibasahi dan diolah sampai berbentuk
seperti pasta, baru kemudian dilapiskan secara merata.
·
Dinding embung pada tanah bertekstur liat atau lempung liat berdebu tidak perlu dilapisi, karena
pada jenis tanah ini resapan air boleh dikatakan kurang.
·
Pada tanah berpasir resapan air kebawah maupun yang melalui
tanggul cukup banyak, karena itu dinding embung perlu dilapisi dengan beberapa
bahan misalnya, plastic, batu bata, tembok,
atau campuran pasir dengan tanah liat untuk penahan resapan air.
5. Pelapisan
Plastik.
·
Plastik yang digunakan untuk pelapisan dinding maupun dasar
embung dapat digunakan dari jenis
polyethilin atau polyvinil Chloride (PVC) dengan ketebalan 0, 15 mm
·
Untuk pelapisan didasar embung , plastic ditimbun tanah setebal
kurang lebih 25 cm
·
Ketahan plastik ini bisa mencapai 2-3 tahun.
6. Penembokan.
·
Pencegahan peresapan air
selain dengan plastic dapat pula digunakan dengan penembokan baik untuk
dinding maupun untuk dasar embung.
7. Pelapisan
Kapur.
·
Untuk pelapisan dengan kapur
dibuat adonan dengan
perbandingan kapur tembok dan tanah liat
1:1
·
Dibuat pasta yang selanjutnya baru
dilapiskan. Pada dinding embung atau dasar embung.
IV. MANFAAT
EMBUNG.
1. Air Embung
Pada
prinsipnya air embung digunakan untuk mengairi lahan terutama pada musim
kemarau. Pemanfaatan air pada musim kemarau perlu juga memperhatikan luasan
lahan dengan ketersediaan air yang ada
didalam embung. Apakah untuk mengairi sawah atau palawija dengan
memperhitungkan kebutuhan air sebagai misal untuk padi 200 mm per bulan atau 1
liter/ detik /Ha. Disamping itu juga perlu diperhatikan jika embung juga untuk persediaan minuman ternak
2. Pengairan
padi dan palawija
Pengairan
dari embung untuk padi dan palawija tidak sepenuhnya menggunakan air, hanya
dilakukan pada saat kritis, yaitu pada fase primordial (bunting), Pembungaan
dan pengisian gabah. Saat ini air
disalurkan ke petak pertanian bisa menggunakan selang plastic hingga
kondisi tanah jenuh air.
Untuk
tanaman palawija caranya dengan menyiram seputar pangkal tanaman, mengingat
ketersediaan air di embung terbatas.
Sebaiknya perlu diketahui kebutuhan dari masing-masing jenis palawija akan air
per musim atau per hektarnya
3. Peternakan.
Pada musim
kemarau ada kalanya sulit untuk mendapatkan air untuk minuman ternaknya dan
harus diangkut dari tempat yang jauh. Dengan adanya air embung ini dapat digunakan untuk memberi minuman
ternaknya
4. Perikanan
Khusus
dibidang perikanan embung ini dapat dimanfaatkan pada musim hujan maupun
musim kemarau, dengan catatan untuk
musim kemarau ketersediaan air harus cukup. Beberapa
factor penting yang perlu diperhatikan
jika embung digunakan untuk pemeliharaan ikan adalah ; Curah hujan, penguapan,
Tekstur tanah, Kontruksi kolam dan mutu air yang ada diembung. Untuk mutu air
sendiri perlu juga diperhatikan. Oksigen terlarut dan Ammonia, jenis ikan untuk
embung perlu dipilih yang tepat dan sesuai dengan kondisi embung. Yang pada dasarnya serba terbatas, yaitu
air yang menggenang, jenis ikan yang
cocok, yaitu Gurame , Mujair, Tawes, lele. Untuk pakannya dapat berupa dedak, sisa
makanan atau pellet serta tanaman-tanaman seperti daun talas.
V. PEMELIHARAAN EMBUNG.
Pemeliharaan embung perlu dilakukan agar tetap bermanfaat dan
terhindar dari kerusakan dini Pemeliharaan ini antara lain dapat dilakukan
sebagai berikut:
·
Pemagaran embung dengan bambu atau pagar hidup
·
Pengangkatan lumpur yang dilakukan pada musim kemarau atau ketika
volume air sudah minimal dan tidak digunakan.
·
Perbaikan embung terutama
untuk bagian dinding tanggul jika
terjadi kerusakan segera diperbaikai
agar tidak berlarut –larut dan bertambah parah.
·
Untuk mencegah jebolnya tanggul, usahakan agar air tidak melimpah dipermukaan tanggul
·
Usahakan tidak menggembalakan, memandikan dan memberikan minuman
ternak diatas tanggul maupun masuk kedalam area embung.
·
Untuk menekan kehilangan air
karena penguapan dapat dilakukan
penanaman sebagai berikut.
o
Anjang-anjang atau tanaman penutup/ peneduh dimana tiang anjang
dibuat dari anyaman bambu.
o
Pada anjang-anjang yang dibuat ini dijalarkan tanaman merambat yang bermanfaat
seperti tanaman kecipir, markisa, gambas,
yang juga berfungsi sebagai penutup
permukaan air.
o
Pohon penahan angin juga diperlukan disekitaar embung seperti
pohon buah-buhan atau rumput-rumputan untuk pakan ternak.
Demikian teknologi
pembuatan embung dan manfaatnya bagi masyarakat tani, semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi petani atau masyarakat yang memerlukannya. (M.Syah)
0 comments:
Post a Comment